Saya adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi
swasta di Malang. Sebagai seorang mahasiswa semester ‘banyak’, saya sebenarnya
sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi. Tapi berhubung rasa malas sering
datang dan melanda,
sering juga saya tidak lanjut untuk mengerjakannya.
Waktu siang yang seharusnya saya pake untuk
mengerjakan ‘skripshit’ malah saya gunakan untuk nongkrong bersama teman-teman
atau cuma sekedar ngopi dan ngobrol di depan kampus. Bahkan kadang-kadang
nongkrong sampai tengah malam. Sehingga waktu untuk mengerjakan skripsi, ya
tengah malam. Biasalah, mahasiswa dengan status injury timy (baca: detik-detik akhir) memang akan dengan sebaik-baiknya
dan sebenar-benarnya memanfaatkan sisa-sisa waktu yang masih berstatus sebagai
mahasiswa.
Saya kali ini tidak
akan menceritakan pengalaman saya saat kuliah ataupun mengerjakan tugas.
Jadi begini. Di suatu
malam yang sunyi, sepi dan hening saat saya sedang asik mendengarkan musik
sambil tiduran di kamar kos, tiba-tiba ada bunyi suara pesan masuk di handphone
saya. Awalnya saya kira dari gebetan atau teman. Bagai punuk merindukan bulan,
ternyata pesan itu dari operator. Yang tertulis, “masa kuota anda akan segera
berakhir pada tanggal 22 november 2016, untuk memastikan kuota internet tidak mati,
harus melakukan pengisian ulang pulsa”. Kira-kira begitu.
Maklumlah, prinsip
anak muda zaman sekarang kan “Ada kuota, maka aku ada”. Berarti kalo kuota
internet kita sudah habis, kita juga sudah dianggap tidak ada didunianya.
Makanya harus terus update.
Sekali waktu teman
saya pernah bertanya, “Kamu udah gak main sosmed lagi? Kok jarang update?
Akhirnya kan jadi susah dihubungi sehingga bisa memutuskan tali silaturahmi”
Terus kujawab, “Masih
kok, tapi memang saya jarang punya kuota internet. Kenapa emang?”
Dia bilang lagi, “Yah,
maaf ya. Kirain kamu udah gak main. Makanya BBM-mu ku delcon, twitter dan
instagram-mu ku unfoll, line-mu ku block.”
Gimana coba kalau
gitu, selain silaturahmi yang akan putus, followers twitter dan instagram kan jadinya
berkurang satu hehehe…
Akhirnya dengan
bermalas-malasan saya keluar dengan berjalan kaki mencari warung yang menjual
pulsa. Setelah berkeliling cukup lama, saya tidak mendapat warung penjual pulsa
yang buka. Ya mungkin karena memang sudah larut malam.
5 menit saya berpikir
mau beli pulsa dimana karena warung-warung sudah pada tutup. Saya pun
memutuskan untuk beli pulsa di Indomart. Terus terang, saya sebenarnya jarang
membeli apapun disitu. Karena akan mematikan warung-warung kecil disekitarnya.
Hanya karena gerai waralaba 24 jam itu yang cukup besar dan punya lampu yang
lebih terang.
Begini-begini saya
juga punya rasa sosial yang tinggi. Atau mungkin karena orang tua saya juga
pedagang ya? hehehe…
Saya pun sampai di
depan indomart yang keliatan sepi. Ketika masuk, saya sudah menduga akan disapa
‘selamat malam’. Tapi dengan rasa sombong yang cukup tinggi, saya mengacuhkan
sapaannya. Karena sapaan itu hanya bagian dari strategi marketing, bukan sapaan
yang tulus dari hati yang paling dalam. Maaf curhat dikit.
Lanjut, setelah
membeli pulsa, saya pun keluar. Seketika itu pula, ternyata sudah ada tukang
parkir yang menjaga. Mungkin dikiranya saya bawa motor. Sorry pak tukang
parkir, saya sudah tau pergerakanmu.
Setiba di kosan,
setelah mendaftar paket internet, tidak ada angin tidak ada hujan bahkan badai,
tiba-tiba jiwa Sherlock Holmes yang
ada dalam diri saya mulai bangun dan berbicara pada saya. Saya pun termenung
dan mencoba untuk mengobrol dengan dirinya. Dia mencoba menceritakan runtutan
kejadian “Kehabisan kuota internet”.
Kami mencoba untuk
menganalisa kembali.
Kasus pertama. Ketika
teman-teman saya menyayangkan adanya orang yang tidak aktif di social media
yang mengakibatkan tali silaturahmi menjadi renggang.
Seperti ini, dunia
nyata dan dunia maya itu dua hal yang berbeda.
Silaturahmi yang dilakukan di social media itu maya. Jika memang
benar-benar ingin ber-silaturahmi, silahkan langsung datang kepada orangnya. Apalagi
ingin membahas persoalan penting. Itu tidak cukup hanya dilakukan di social
media. Toh, waktu social media belum ada, orang bisa melakukan revolusi dan
reformasi.
Itu menandakan bahwa
zaman sekarang dunia maya lebih penting dari dunia nyata.
Kasus kedua. Dipaksa
untuk konsumtif. Tidak bisa dipungkiri, kecanggihan teknologi telekomunikasi
sekarang membuat kita menjadi kecanduan akan internet. Kita akan merasa pusing
jika sehari saja internet kita mati. Dan operator pun semakin memanfaatkan itu.
Misal, dalam sebulan kita tidak menghabiskan paket internet yang tersedia, maka
paket internet itu otomatis hangus atau tidak berlaku. Akhirnya, untuk anak
kosan seperti saya harus menyediakan anggaran perbulan untuk membeli paket
internet agar tetap hidup.
Sherlock Holmes yang ada dalam diri saya pun coba menghubungkan
2 kasus diatas. Antara teman yang memaksa saya untuk aktif di social media dan
SMS operator yang juga memberikan tenggang waktu hidup saya di dunia maya.
Katanya, kedua kasus tersebut saling berkaitan satu sama lain. Akhirnya siapa
yang diuntungkan? Ya jelas operator. Karena alasan untuk melanjutkan
silaturahmi di dunia maya, saya harus membeli kuota internet.
Menurutnya lagi, ada
kemungkinan kedua. Teman saya ini adalah agen operator yang saya gunakan.
Dengan memaksa saya untuk aktif di dunia maya, dia berhasil membuat barang
dagangan bosnya laku.
0 comments:
Post a Comment