Tuesday 10 September 2013

Natal di Penanjakan

Jumat malam, 24 Desember 2012, kami ber-10 yaitu, Aldri, Adi, Ipung, Iping, Ifa, Fira, Al, Nuha, Nirma dan saya sendiri sedang ngopi (ngoblor pintar) di salah satu cafe daerah soekarno-hatta. Suasana cafe yang klasik. Tidak ada topik menarik yang sedang kami bicarakan. Kemudian Aldri di depanku mengusulkan untuk ke penanjakan sekaligus merayakan natal sambil melihat sunrise dari atas. Saat itu jam menunjukkan pukul 10.00 malam. Akhirnya semua mengamini, "Daripada nda ada dibikin haha", kata temanku yang lain. Setelah itu kami ke kosan masing-masing untuk menyiapkan jaket dan apa saja yang harus dibawa.

Kami start dari kontrakan Al-Kautsar 58 sekitar pukul 00.00. Ada 5 motor yang kami kendarai. Semuanya motor matic haha. kami berjalan santai melewati jalan di daerah dinoyo. Arus lalu lintas lengang, maklum jam 12 malam. Lampu jalan menyinari motor kami. Terlihat masih banyak penjual nasi goreng pinggir jalan yang masih berjualan. Memasuki daerah Soehatt kami singgah di salah satu supermarket, yah pastinya untuk membeli bekal selama perjalanan. Banyak sekali yang mereka beli, terutama cewenya. 

pemandangan, penanjakan, bromo, tengger, semeru, bukit
Penanjakan
Perjalanan kami lanjutkan. Tidak ada yang tahu pasti jalur menuju penanjakan, hanya Aldri dan Iping, itupun lupa-lupa ingat. Di tengah perjalanan di daerah lawang, salah satu motor yang kami kendarai bannya meletus (Aldri feat Nirma). Di tengah jalan yang sepi hanya beberapa mobil truk yang terus melintasi jalan protokol yang lengang. Untung saja saat itu ada satu tambal ban yang masih buka.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan melalui jalur desa nongko jajar. Jalan melalui desa itu sangat sepi, lebih sepi daripada jalan yang kami lewati barusan. Tidak ada lampu jalan sepanjang jalan itu. hanya bulan dan bintang yang menerangi. Pemandangan dari nongko sangat indah. Melihat kota Malang dari atas dengan kerlap kerlip lampunya.

Jalan yang kami lalui berbukit-bukit sehingga motor, apalagi motor matic, lumayan harus berjuang keras untuk jalan. Belum lagi banyak jalan yang berlubang-lubang. Kami melewati hutan yang sangat gelap. Ada banyak juga pengguna motor yang ingin ke Penanjakan. Kami saling bertegur sapa meskipun tidak mengenal satu sama lain. Setelah perjalan kurang lebih memakan waktu sampai 3 jam, akhirnya kami sampai di portal penanjakan. Ada banyak sekali mobil jeep yang parkir disitu. Mengantar turis luar dan dalam negeri. Karena peraturan melarang mobil pribadi masuk di daerah penanjakan, akhirnya pengunjung yang ingin masuk harus menyewa mobil jeep.

Setelah memarkir motor, kami berjalan menaiki tangga menuju puncak. Banyak sekali pengunjung, terutama pengunjung dari luar negeri yang sekaligus merayakan natal di atas puncak. Benar sekarang tanggal 25 Desember. Suasana di atas puncak sangat dingin, mungkin mencapai 10 derajat atau bisa lebih dari itu. Masih sangat gelap disana. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Kami menunggu matahari yang terbit sambil mengobrol di kursi panjang. Ngobrol apa saja sembari membuang waktu.


Ingatlah hari ini


Masih setengah lima pagi. Dingin rasanya seperti menembus jaket. Orang lain berkumpul mengambil tempat yang paling strategis untuk dapat gambar yang bagus. Ada yang menaiki pagar bahkan ada yang menuruni pagar. Kami tidak mau kalah. Daripada duduk tambah dingin, akhirnya saya dan teman-teman yang lain jalan.

Matahari mulai muncul  dari arah timur. Sontak orang-orang berfoto. Kami pun seperti itu, tidak mau ketinggalan untuk berfoto bersama indahnya matahari terbit di Penanjakan. Lama berkeliling mencari spot yang bagus untuk foto, salah satu temanku "nirma" bertemu dengan salah satu pesulap terbaik yang pernah ada di Indonesia, tidak lain tidak bukan Mr. Tarno.... -_-".............

Dari atas bukit penanjakan kami dapat melihat indahnya gunung bromo sampai gunung semeru. Melihat indahnya samudra awan tepat berada di bawah kami. Meskipun kabut sedikit menyelimuti pandangan kami. Melihat luasnya lautan pasir yang terhampar luas di bawah.

Puas dengan pemandangan dan berfoto bersama, kami memutuskan beristirahat. Kami singgah untuk makan jagung bakar. Katanya sih jagung bakar khas pananjakan, tapi sama saja dengan jagung bakar yang lain. Mungkin khas karena di bakarnya di penanjakan haha....

Perjalanan pulang. Terlihat dari raut wajah teman-teman begitu kecapean. Bahkan ada yang hampir terjatuh karena tidak tidur semalam. Kami pulang ke Malang melewati jalur probolonggo yang memakan waktu hampir 4 jam. Panas matahari di kota ini sangat terik. Jalan sangat ramai dipadati kendaraan roda 2, roda 4, dan banyak roda 10 haha. sangat sering kami berhenti sejenak karena capek. Akhirnya tepat setelah adzan dhuhur kami sampai di kos masing-masing. Melelahkan memang, tapi perjalan yang sangat menarik.


pemandangan, bukit, penanjakan, bromo, tengger, semeru
Pemandangan dari Penanjakan


Di perjalanan kali ini bukan hanya puas melihat indahnya pemandangan, tepat berada di atas samudera awan atau melihat hamparan lautan pasir bromo. Tapi lebih dari itu, kami saling mengenal lebih baik, susah senang bersama, menjalin rasa kekeluargaan yang kuat, pertemanan yang makin lama makin baik, dan mungkin ada rasa yang tak terlupakan dari kita semua. Natal di Penanjakan.

Sekian... 



Malang, 10 September 2013