Karena
memang hobi berselancar di dunia maya, saya biasanya menghabiskan waktu
seharian di depan laptop. Segelas kopi untuk menambah kehangatan malam di
sebuah ruangan sederhana dengan gitar yang menggantung di dinding serta buku-buku
yang berserakan di kamar. Belum lama ini, ketika saya sedang online, salah satu teman mem-posting
sebuah video tentang psikologi manusia modern, kemudian saya membuka dan
menonton video tersebut.
***
Ceritanya
begini, salah satu program televisi di Jerman membuat sebuah acara dengan
konsep jebakan. Semua kamera sudah siap diposisinya masing-masing. Satu pria
dengan perawakan kumal, kotor, berantakan, berjalan di pusat kota. Lalu-lalang
orang berjalan sibuk dengan urusannya masing-masing, atau mungkin menyibukkan
diri dengan sesuatu yang tidak penting. Kemudian pria yang berpenampilan
seperti pengemis tadi berpura-pura pingsan di tengah ramainya orang-orang
berjalan. Ia dengan jaget lusuhnya terbaring diatas trotoar cukup lama.
Terlihat tidak ada yang mempedulikan pria tersebut. Selang sekitar 15 menit
terbaring, lelaki itupun bangun lalu menghadap ke kamera dan mengangkat bau
serta melengkungkan bibirnya member tanda, bahwa tidak ada yang
memperhatikannya.
Sesi
berikutnya, masih dengan pria yang sama. Tapi dengan penampilan yang jauh
berbeda dari tampilan pertama tadi. Kali ini dengan mengenakan jas silver dan
berdasi menenteng sebuah koper seperti seorang eksekutif muda. Kembali dengan
konsep yang sama, pria tersebut berjalan dikerumunan orang. Denga postur yang
tegap dan rambut dibelah samping melewati beberapa toko yang ada di sampingnya
sampai kemudian ia kembali berpura-pura pingsan. Tidak berselang lama
orang-orang yang berbelanja serta pejalan kaki lain menghapiri pria tersebut
dengan perasaan khawatir. Salah satu dari mereka bahkan ada yang berinisiatif
memanggil ambulance.
***
Ada sebuah
kutipan yang mengatakan bahwa “Don’t judge the people by the cover”. Jangan
melihat atau menilai seseorang hanya dari luarnya atau penampilannya. Setiap
orang di dunia ini hampir setiap hari mengatakan hal tersebut tetapi dalam
kenyataannya, tidak sama sekali. Meskipun dari cerita diatas pada sesi yang
pertama tidak ada pernyataan langsung bahwa tidak menolong pria kumal tersebut
karena penampilannya, tetapi jika dibandingkan dengan sesi yang kedua dengan
pria yang sama tetapi dengan penampilan gagah dan berwibawa kemudian dengan
cepat ditolong oleh orang sekitar, sudah dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
masyarakat modern hari ini masih memandang orang dari penampilannya.
Ini juga
menunjukkan bahwa dewasa ini masyarakat dunia masih tampak perbedaan-perbedaan
kelas social satu sama lain. Masyarakat yang tingkat ekonominya tinggi
berkumpul dengan masyarakat dengan ekonomi tinggi pula. Sementara masyarakat
yang tingkat ekonominya rendah, berkumpul di pasar atau di terminal. Tidak
heran jika cerita seperti diatas, saat pria yang tampak miskin tidak ada orang
yang menolongnya. Yah, begitulah realita hari ini, psikologi masyarakat modern.
Corak kehidupan seperti inilah yang membuat kita
sering melupakan aspek-aspek penting dalam hidup bersosial. Masing-masing
manusia individualis, sehingga menghiraukan bagaimana seharusnya kita tolong
menolong atau bahu-mambahu dalam menyelesaikan sebuah persoalan.
0 comments:
Post a Comment