Sabtu malam (14/06/2014), menjadi malam yang istimewa bagi para perantau asal Sulawesi Selatan di Kota Malang, khususnya yang berstatus perantau dan manyarakat Malang karena dihiasi pagelaran seni dan budaya Sulawesi Selatan yang diselenggarakan oleh IKAMI SULSEL Cab. Malang di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang.
Suasana pertunjukan tidak henti-hentinya memainkan emosi para tamu undangan yang hadir, sehingga menambah kemeriahan malam itu. Pertunjukan yang begitu sederhana terlihat sempurna berkat spirit loyalitas, kesungguhan hati dan kecintaan pada budaya Sulawesi Selatan para pengisi acara yang beraksi diatas panggung dan kreativitas para tim kreatif yang berjuang di belakang layar. Semangat dan kecintaan terhadap tanah kelahiranlah yang membangkitkan etos kerja yang luar biasa.
Namun, perhelatan akbar ini dalam prosesnya tak selalu meniti jalan yang mulus. Terkadang dihiasi tajamnya batu-batu kerikil yang membuat semangat para pejuang jadi surut. Tapi bagi para putra-putri Celebes ini bukanlah tembok pembatas yang tak bisa ditembus, bahkan ini merupakan keadaan yang memacu teman-teman untuk lebih kreatif dalam menyukseskan kegiatan ini.
Dibalik tebaran senyum kebahagiaan usai pementasan yang ada pada malam itu, ternyata tidak bisa menghapus kekecewaan dalam hati teman-teman IKAMI SULSEL Cab. Malang disebabkan karena pagelaran seni dan budaya Sulawesi Selatan yang digelar ini tidak mendapat respon positif yang datang dari pemerintah daerah. Padahal ajang ini merupakan kali ketiga disajikan di bumi Arema.
Memang ini sebuah kenyataan yang sangat miris, dimana semangat para pemuda dalam menjaga tradisi kebudayaan dimasa yang serba sulit ini seharusnya didukung penuh oleh pemerintah daerah Sulawesi Selatan karena merekalah pemegang tongkat estafet berikutnya dalam melestarikan tradisi kedaerahan kepada generasi berikutnya. Dalam ranah birokrasi pemerintahan, ini seharusnya menjadi bahan evaluasi agar lebih peka untuk merasakan bahwa jauh disana ada anak yang membutuhkan dukungan dari orangtua dan agar bisa membuka mata lebar-lebar melihat bahwa walau sakit, mereka tetap berusaha berdiri tegak di tanah rantau.
Keluarga Besar IKAMI SULSEL Cab. Malang |
Memang ini sebuah kenyataan yang sangat miris, dimana semangat para pemuda dalam menjaga tradisi kebudayaan dimasa yang serba sulit ini seharusnya didukung penuh oleh pemerintah daerah Sulawesi Selatan karena merekalah pemegang tongkat estafet berikutnya dalam melestarikan tradisi kedaerahan kepada generasi berikutnya. Dalam ranah birokrasi pemerintahan, ini seharusnya menjadi bahan evaluasi agar lebih peka untuk merasakan bahwa jauh disana ada anak yang membutuhkan dukungan dari orangtua dan agar bisa membuka mata lebar-lebar melihat bahwa walau sakit, mereka tetap berusaha berdiri tegak di tanah rantau.
Euphoria yang luar biasa tercipta selepas acara, membuktikan bahwa putra-putri bumi Sulawesi Selatan telah mandiri dalam berproses meski dengan kerja keras dan keringat yang terus bercucuran. Tanpa keterlibatan dari pemerintah daerah pun yang notabane-nya adalah orangtua, mereka mampu menunjukkan taringnya.
Karena pagelaran seni dan budaya ini adalah kegiatan rutin setiap tahunnya, besar harapan kami untuk pemerintah daerah Sulawesi Selatan agar turut serta memberikan kontribusi baik itu berupa dukungan moril dan materil.
Sejatinya tulisan ini bukan untuk melukai hati ayahanda-ayahanda yang ada di pemerintahan. Namun ini hanya sebatas reaksi seorang anak yang rindu akan pelukan orangtuanya. Ini hanya sebagai pengingat buat ayahanda-ayahanda bahwa disini, ditanah rantau ini, kami butuh kalian.
0 comments:
Post a Comment