Dalam salah satu pidato
Soekarno pernah berkata, “Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah” atau yang biasa disingkat JASMERAH ini, kalau bisa
saya artikan bahwa memang siapa pun itu, entah presiden atau pejabat, suatu
saat pasti akan dilupakan. Soekarno berpidato seperti itu bukan karena dirinya
ingin diingat terus, tetapi lebih dari itu, ia ingin kita jangan melupakan
perjuangan-perjuangan para pahlawan kita yang rela kehilangan apapun untuk
memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia.
Soekarno dikenal sebagai orang
yang anti kolonialisme dan kapitalisme. Dengan semangat nasionalisme yang
sangat besar yang dimilikinya, dia rela dipenjara beberapa kali untuk memperjuangkan
rakyat Indonesia. Tapi dengan jiwa sabar itu dia dan tokoh-tokoh nasional
lainnya berhasil merebut kemerdekaan dan menjadi proklamator kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
“Sungguh
Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku, tidak ada manusia mempunyai hidup dua
atau hidup tiga. Tetapi hidup satunya akan kuberikan, insya Allah
Subhanahuwata'ala, seratus persen kepada pembangunan tanah air dan bangsa.
Dan... dan jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini
pun akan aku persembahkan kepada tanah air dan bangsa.” Dalam pidatonya di KBRI USA tahun 1956. Dalam pidato
tersebut beliau sangat menekankan bahwa dirinya sangat mencintai rakyat dan
negaranya, Indonesia.
Ia juga sangat kesal terhadap
siapa saja yang mencoba mengganggu kehidupan rakyat Indonesia, tidak terkecuali
negara tetangga, Malaysia. Juga dalam salah satu pidatonya pernah mengatakan, “Ini dadaku, mana dadamu? Kalau Malaysia mau
konfrontasi ekonomi, Kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi. Kalau Malaysia mau
konfrontasi politik, Kita hadapi dengan konfrontasi politik. Kalau Malaysia mau
konfrontasi militer, Kita hadapi dengan konfrontasi militer.”
Dengan semangat yang berkobar
untuk memperjuangkan Indonesia, Pria dengan nama asli Koesno
Sosrodihardjo ini kemudian mempunyai aura
dan kharismatiknya tersendiri. Tidak heran 5(lima) wanita Indonesia yang
dikenal memiliki kecantikan original mau untuk dinikahi oleh Bung Karno.
Soekarno tidak hanya dikenal
sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia atau orang yang mempunyai semangat
dan jiwa nasionalisme yang tinggi, akan tetapi dia juga dikenal dekat kepada
rakyat-rakyatnya. Dalam satu cerita, cerita ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy
Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan
Yayasan Bung Karno tahun 2007.
“Nah kita sudah
bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan presiden. Bagaimana mana
kalau kita memilih Soekarno?” Soekarno pun menjawab, “Baiklah.”
Sesederhana itu.
Maka jadilah Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia. Namanya
negara yang berumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Bung
Karno. Maka ia pun berjalan kaki. Di jalanan Soekarno bertemu dengan tukang
sate yang berdagang di kaki lima. Presiden Republik Indonesia itu pun memanggil
pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya
yang pertama, “Sate ayam 50 tusuk”. Ujarnya.
Itu perintah
presiden pertama Indonesia, “Sate ayam 50 tusuk”. Soekarno kemudian jongkok di
pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, ia pun menghabiskan 50 sate
ayam dengan lahapnya. Itulah pesta pelantikannya sebagai presiden Indonesia
yang pertama. Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya dipilih
sebagai presiden Republik Indonesia kepada Fatwati, istrinya. Fatmawati tidak
melompat-lompat kegirangan, justru Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya
sebelum meninggal.
"Di malam sebelum
bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku memijitnya
untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata 'Aku melihat
pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi...dalam waktu dekat...anakku
akan tinggal di istana yang besar dan putih itu'. Jadi ini tidak mengagetkanku.
Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya," ujar Fatmawati tenang.
Kisah diatas
merefleksi kita tentang pemimpin yang sekarang. Bagaimana seharusnya tidak
berbuat seenaknya ketika menjadi pemimpin. Dan juga pemimpin yang dekat dengan
rakyat.
Soekarno membagi
marhaen menjadi 3 unsur, yaitu, unsur kaum proletar Indonesia (buruh), unsur
kaum tani melarat Indonesia dan kaum melarat Indonesia lainnya. Dan siapakah
marhaen itu? Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih
tepatnya yang telah dimelaratkan oleh setiap kaum kapitalisme, imprealisme dan
kolonialisme.
Dengan sudah
menjadi presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno kemudian pada tahun
1962 yang sangat dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) dan mengubah
ideologi pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin, membuat elit-elit masyarakat
menggungat karena beranggapan akan adanya perintah dan kekuasaan kepada satu
pihak, yaitu presiden. Menurut rakyat pada saat itu, masyarakat bukan lagi
menjadi pengambil keputusan terakhir.
Akhirnya dalam
perjuanga-perjuangan dan pergerakan-pergerakan mahasiswa pada saat itu ikut
membantu jatuhnya rezim orde baru dan mengangkat rezim orde baru yang dipimpin
Soeharto.
Terlepas dari itu
semua, Saya melihat dari semua cerita-cerita, literatur-literatul dan
sumber-sumber terkait dengan Soekarno, Ia memang sosok seorang ayah untuk
anak-anaknya, Indonesia. Memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia yang ingin
merdeka dan menjalani kehidupan mereka tanpa ada campur tangan pihak asing.
Jadi kalau menurut saya, Indonesia hari sebenarnya tidak membutuhkan seorang
pemimpin yang seenaknya memperkaya diri. Membuat rakyat menjadi semakin
melarat. Dan tidak mensejahterakan rakyat. Indonesia sebenarnya membutuhkan
sosok seorang Ayah.
Soekarno dalam
pidatonya, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir para penjajah, tetapi
perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Itulah Indonesia
dewasa ini. Maksud dari melawan bangsa sendiri
adalah melawan kemiskinan, pendidikan, keadilan sosial, dan kesejahteraan
masyarakat yang sampai sekarang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua.
Kesenjangan sosial yang tentunya akan sulit dilawan tanpa perjuangan dan rasa
saling memiliki antar sesama manusia.
0 comments:
Post a Comment