Monday 25 November 2013

Hanya Doa dan Asa

Tidak ada kata lain selain "terima kasih"
Dua kata yang menunjukkan ekspresi saya saat ini
Saat tidak ada daya untuk berbuat sesuatu
Melihat teman-teman dan saudara-saudara memberikan selamat kepadaku

Saya bukanlah orang yang ber-euforia 
dengan hari istimewa ini
Namun saya juga bukan orang yang tidak tahu terima kasih
Terima kasih atas doa kalian

Semoga saat ini....
Saya saya lebih bisa mengerti arti kedewasaan
Mengerti tujuan hidup
Dan memahami apa yang harus saya lakukan

Bisa hidup sampai sekarang
Juga merupakan hadiah yang sangat spesial
Kado yang tidak bisa diberikan oleh manusia lain
Terima kasih Tuhan...

Banyak orang mengatakan panjang umur
Tapi bagi saya...
Hidupku justru akan makin pendek
dengan bertambahnya usia

Sekali lagi...
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Ayah dan Ibuku
Terima kasih teman-teman
Dan terima kasih untuk yang masih mengingatku 



Saturday 16 November 2013

Perjuangan Mahasiswa Indonesia, Apakah Cukup Sampai Disini?


gerakan,perjuangan,pemuda,mahasiswa,aktivis

Pemuda dan mahasiswa merupakan ujung tombak bagi perubahan bangsa ini. Pergerakan pemuda di Indonesia sangat terlihat saat mengusir para kolonial di masa penjajahan. Peran-peran para pemuda dan mahasiswa ketika beberapa peristiwa penting di Indonesia, terutama saat sang elit sudah bersikap apatis kepada rakyatnya. 

Pada awal sejarah perjuangan pemuda di tahun 1908, kala Boedi Oetomo mendirikan wadah perjuangan yang pertama kali yang memiliki struktur pengorganisasian modern di Jakarta. Wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Tujuan didirikannya perkumpulan Budi Utomo ini sejatinya adalah propaganda kemerdekaan Indonesia. Kehadiran perkumpulan Budi Utomo pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya. 

Kemudian sejarah Sumpah pemuda dicetuskan pada tahun 1928. Pada tahun 1923 itu mahasiswa-mahasiswa yang study di Belanda kembali ke tanah air. Mereka kecewa dengan kekuatan perjuangan-perjuangan di Indonesia. Melihat situasi politik yang dihadapi, mereka membentuk kelompok-kelompok study yang amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan pada waktu itu. Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah munculnya generasi pemuda Indonesia yang mencetuskan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa pergerakan-pergerakan pemuda sangat berpengaruh saat sebelum kemerdekaan dan sesaat sebelum kemerdekaan. Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi dan akibat pengaruh sikap bangsa Belanda yang menjadi liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kemudian dibentuklah PNI (Partai Nasional Indonesia). Dari PNI inilah kemudian cikal bakal diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran angkatan 1945 yang merupakan generasi kemerdekaan Indonesia. Dalam kasus ini pergerakan pemuda di motori oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Kemudian, dalam masa demokrasi liberal, seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) dan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik Indonesia) dengan partai khatolik. GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) berdekatan dengan PNI. CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) cukup dekat dengan PKI. Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia) dengan partai sosialis. PMII (Pergerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) berafiliasi dengan NU. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dekat dengan masyumi, dan lain-lain. 

Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil pemilu 1955. Saat setelah itu mahasiswa membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh menteri perguruan tinggi dan ilmu pendidikan. Beberapa organisasi mahasiswa saat itu adalah PMKRI, HMI, PMII, GMKI, SOMAL, Mapancas, dan Ikatan Pers Mahasiswa. Tujuan pendirianya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.

Pada tahun 1965-1966, para pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan orde baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan - gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu kemudian berada pada lingkar kekuasaan orde baru.

Pada tahun 1974 saat rezim orde baru sudah berdiri, gerakan mahasiswa meledak. Sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan orde baru. Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga BBM. Aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah kemudian apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat". Program utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM dan korupsi.

Pada oktober 1977, gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus. Gerakan mahasiswa tahun 1977-1978 ini tidak hanya berporos di jakarta dan bandung. Namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Palembang, dan Ujung Pandang. 28 Oktober 1977, 8 ribu mahasiswa menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!!!". Besoknya, semua yang berteriak raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat perang. Namun kembali tentram.

Puncaknya terjadi pada tahun 1998. Gerakan mahasiswa pada saat itu menuntut reformasi dan dihapuskannya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa presiden Suharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini diantaranya. Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.

Praktis sejak peristiwa 1998-1999 atau yang biasa dikenal dengan era reformasi, berita atau kabar tentang pergerakan mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagai kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, KKN (kuliah Kerja Nyata), dies natalis, penyambutan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun sering kali ada aksi protes. Tetapi tidak berdampak besar.

Pada era reformasi saat ini justru lebih banyak kebohongan yang terjadi dibanding era-era sebelumnya. Lebih banyak korupsi dari sebelumnya. Dan lebih parah lagi, lebih banyak Omong kosong didalamnya. Pemerintahan era reformasi dengan ideologi demokrasinya. 
Masih banyak yang harus dikerjakan mahasiswa pada saat ini. Terutama mencari kebenaran dan keadilan. Ini bukan masalah eksistensi angkatan, tapi masalah mencari yang mana yang benar dan yang mana yang salah.

Sejarah perkembangan Indonesia sangat dipengaruhi oleh peran pemuda dan mahasiswa  sebagai penerus bangsa. Pertanyaannya sekarang, perjuangan pemuda dan mahasiswa di Indonesia, apakah hanya sampai disitu? Atau cukupkah sampai saat ini? sejatinya hingga mahasiswa dapat mencari kebenaran dan keadilan yang sebenarnya.



Malang, 16 November 2013




Saturday 9 November 2013

Cerita Sore Hari



Senja sore hari di bawah payung kota Malang mengingatkanku akan sebuah janji-janji yang keluar dari mulut ini. Janji-janji kepada orang yang meliharkan dan merawatku akan sebuah perjuangan dan cita-cita. Mungkin sudah menangis melihatku seperti ini. Aku yang selalu banyak omong, berbasa-basi depannya, atau mungkin membohongi kedua orang itu. 

Senja saat ini menyandarkanku pada dinding batu tempatku beristirahat. Aku menutup mata. Terjaga sejenak dan mengingat kembali omong kosong yang telah ku lakukan. Sejenak aku berpikir untuk pulang ke kampung halaman dan menghilang dari jejak-jejak perantauan ini. Tidak. Itu bukan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah ini. Pulang bukanlah jalan satu-satunya untuk keluar dari masalah ini. 

Aku kemudian keluar ke dunia yang tak kenal logika. Melihat kiri-kanan, yang membuatku seperti orang tolol. Kulihat kursi taman yang berada di pojokan. Aku duduk sambil menyilangkan kaki dan bersender pada kursi itu. 

Tidak ada aktifitas yang berarti terjadi di hadapanku. Melihat sepasang kekasih bergandengan tangan atau anak kecil yang bermain bersama orang tuanya di taman ini. Setiap orang sepertinya sibuk dengan kesenangan masing-masing dan melupakan urusan yang lain.

Kulihat danau dengan airnya yang tenang bersama dengan angsa-angsa menari diatasnya. Mengingatkanku akan harmonisasi keluarga yang dipenuhi dengan kehangatan. Diselimuti dengan rasa kekeluargaan yang kuat. 

Awal perjalananku, melayang diatas laut yang menyambung Jawa dan Sulawesi, sangat bersemangat mencari ilmu sampai ke seberang pulau. Mencari jatidiri. Dan mencari arti kehidupan. Tapi seiring dengan berjalannya detik jam dan bergantinya hari, semua yang kujalani ini seperti sia-sia. Bukannya tanpa sebab, aku mengingkari sebuah komitmen awalku sebelum ini. Belajar dengan tekun. Tapi sudah menjadi takdir alam seperti ini.

Menyesal. Mungkin itu kata yang paling tepat menggambarkan sketsa yang ada di kepalaku saat ini. Ujian Tengah Semester hari ini aku tidak masuk. Aku sekarang menjadi seolah menjadi anak yang paling tidak berguna. Hanya membuang uang yang diberikannya setiap bulan. Mengantarku terhadap rasa bersalah yang sangat hebat.

Ujian siang hari masih bisa aku layani. Meskipun dengan terseret-seret. Tapi mungkin gaya gravitasi di tempat tidurku sangat kuat sehingga sulit untuk mengangkatku bahkan ke kamar mandi yang berada tepat di samping kamarku.

Kemarin aku sudah mendapat lampu kuning. Peringatan yang menandakan aku masih disayang olehnya. Peringatan yang kapan saja bisa langsung melemparkanku ke kampung halaman. Masih adakah kesempatan yang sudah diberikan olehku terjadi lagi tahun ini??? Hanya mereka yang tahu jawabannya. Orang yang telah bersusah payah mengirimku kesini.

Jika berpikir sejenak, sangat besar besar beban yang dirasakan pemuda ini. Seakan alam menuntutku untuk menjadi manusia yang produktif. Dan dunia yang bekerja keras setiap hari sangat kontras dengan karakterku yang malas. Malas seakan sudah menjadi penyakit dalam diriku. Sempat terbersit di benakku akan melewati lorong waktu dan menjadi anak kecil lagi. Anak yang belum tahu kerasnya dunia. Anak yang belum mempunyai tanggungjawab yang besar. Dan anak yang hanya ingin bermain. 

Bermain sepak bola di lapangan bersama teman-teman masa kecilku. Menggiring dan menggocek bola dengan senangnya sampai membobol gawang lawan. Atau mungkin bermain main layang-layang di padang rumput yang terhampar luas yang tepat berada di belakang rumahku.

Cukup. Berhentilah mengigau. Jangan berpikir untuk menjadi anak-anak lagi. Aku sudah dewasa. Ketika aku berpikir untuk kembali ke masa kanakanku, itu tidak mungkin. Tetapi jika tetap terus memaksa, aku akan menjadi seorang pemuda yang bersifat kekanak-kanakan.

Melihat teman-teman kuliahku yang lain, seolah dikejar oleh bom waktu yang siap meledak kapan saja jika tidak lulus dengan waktu normal. 


Saat melihat teman-temanku berjuang untuk dirinya, aku seperti hanya seekor siput yang berjalan lamban dan hanya bisa melihati mereka semua bekerja. 


Ibuku pernah mengatakan, "Tidak ada kata terlambat untuk belajar". Yang diejawantahkan itu terlambat belajar hanyalah orang-orang yang sudah mati. Ibuku pun saat ini masih belajar. Entah belajar tentang apa. Pertanyaannya sekarang bukan masalah belajarnya, tapi lulus dari kapus. Sampai kapan aku menjadi budak intelektual. Itu pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh aku sendiri. Orang yang menjalaninya.


Sayangnya, tidak ada orang yang mau terlalu mengerti dengan keadaanku seperti ini. 


Senja akan segera berlalu. Semoga dilema saat ini menjadikanku manusia yang terus bisa berpikir.



Malang, 9 November 2013